CAKRAWALA, SEMARANG – Selama puluhan tahun, publik mengenal Jenderal Soedirman sebagai sosok setengah dewa yang tak terkalahkan di hutan gerilya. Namun, sebuah karya terbaru dari Bastomi berjudul “Jalan Sunyi” berani menyingkap tabir yang selama ini tertutup rapat: pergolakan batin dan air mata Sang Jenderal di balik seragam militernya.
Bukan sekadar kisah tembak-menembak, “Jalan Sunyi” adalah sebuah psychological thriller sejarah yang menyoroti konflik tajam antara kepemimpinan sipil dan militer di masa-masa kritis republik.
Matahari Kembar yang Nyaris Membakar Republik: Naskah ini mengeksplorasi momen-momen paling senyap di Markas Sobo, Pacitan. Penulis menghadirkan adegan mencekam ketika Soedirman—yang merasa dikhianati oleh diplomasi politik—nyaris meletakkan jabatannya.
“Ada satu babak di mana Soedirman harus memilih: tetap menjadi ‘Matahari’ di hutan dan melawan Presiden, atau membunuh egonya sendiri demi keutuhan bangsa,” ungkap narasi dalam buku tersebut. Istilah “Dua Matahari” menjadi metafora sentral yang menggambarkan betapa panasnya hubungan antara Istana dan Markas Besar saat itu.
Sisi Manusiawi di Tengah Bedil dan Mesiu: Kekuatan utama “Jalan Sunyi” terletak pada riset detailnya yang menghidupkan kembali sisi manusiawi para tokoh sejarah. Pembaca akan dibawa melihat Soedirman bukan sebagai patung batu, melainkan sebagai seorang ayah yang rindu anak, seorang suami yang cemas, dan seorang adik yang luluh oleh surat teguran dari kakaknya, Kolonel Gatot Soebroto: “Jangan mati konyol, Dik.”
Klimaks yang Menggetarkan: Puncak emosional novel ini dibangun dengan apik pada peristiwa kembalinya Soedirman ke Yogyakarta. Penulis menggambarkan “Pawai Sunyi” di Malioboro dengan sangat puitis—sebuah penyambutan tanpa sorak-sorai, hanya keheningan dan tangis rakyat yang melihat kondisi fisik Panglimanya tinggal tulang dan kulit.
Adegan penolakan kursi roda di Istana Gedung Agung menjadi simbol perlawanan terakhir Soedirman untuk menjaga marwah tentara di hadapan politik.
Dalam buku tersebut, Letnan Jenderal Rafael Granada Baay direncanakan akan memberikan testimoninya. Selain itu, ada menteri pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang akan memberikan sambutannya.
“Jalan Sunyi” dijadwalkan rilis segera. Bagi Anda yang ingin memahami sejarah bukan dari hafalan tanggal, melainkan dari denyut nadi pelakunya, buku ini adalah bacaan wajib tahun ini.
