Ekonomi Politik
Home » Podcast Rhenald Kasali Kupas Arah Ekonomi Nasional: Banyak Kontradiksi, Optimisme Harus Rasional

Podcast Rhenald Kasali Kupas Arah Ekonomi Nasional: Banyak Kontradiksi, Optimisme Harus Rasional


Jakarta, CakrawalaDi tengah narasi pemerintah yang menyebut ekonomi Indonesia masih berada di jalur yang benar, Guru Besar UI Rhenald Kasali dan ekonom LPEM FEB UI Jahen Fachrul Rezki mengajak publik untuk jujur membaca kondisi faktual di lapangan. Dalam podcast berdurasi 45 menit 12 detik bertajuk Intrigue, keduanya memetakan tantangan nyata ekonomi Indonesia, dari ketimpangan konsumsi, menurunnya belanja pemerintah, hingga gejala deindustrialisasi dini.

Ketidakpastian dan Kontradiksi Narasi
Dalam pembukaannya, Rhenald menyoroti ketidaksinkronan antara narasi resmi pemerintah dan realitas ekonomi. Jahen menambahkan bahwa di balik angka makro yang stabil, banyak indikator mikro menunjukkan kontraksi. “Kita mendengar narasi bahwa semua baik-baik saja, tapi di lapangan ada kontradiksi,” ujar Jahen.

Ketimpangan Konsumsi dan Lemahnya Fundamental
Di menit ke-3, Jahen mengungkap bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini tidak cukup kuat untuk menopang pertumbuhan inklusif. “Kelompok 10 persen ekonomi teratas mengalami kenaikan kemampuan konsumsi, tapi kelompok terbawah justru mengalami penurunan,” jelasnya. Mereka hanya mampu membeli non-durable goods, seperti makanan dan kebutuhan dasar, sambil menunda pembelian besar seperti kendaraan.

Belanja Pemerintah dan Gelombang PHK
Belanja negara yang menjadi tumpuan justru mengalami penurunan, dan di waktu yang sama, gelombang PHK terdengar hampir setiap hari. “Ini jadi sinyal ganda yang kontraproduktif,” kata Jahen.

Deindustrialisasi Dini dan Dominasi Sektor Informal
Rhenald dan Jahen sepakat bahwa Indonesia tengah mengalami premature deindustrialization —fenomena di mana sektor manufaktur menyusut sebelum sempat menjadi mesin utama pertumbuhan. Hal ini diperparah dengan membesarnya sektor informal, yang kini menyerap tenaga kerja terbanyak namun tanpa perlindungan dan produktivitas yang memadai.

Proyek Kejar Tayang Kopdes Merah Putih dan PP Era Jokowi Dibatalkan Mahkamah Agung

Mixed Message dan Ketidakpastian Arah Kebijakan
Di menit ke-17, Jahen mengkritik adanya mixed message dalam komunikasi pemerintah. “Saat satu kementerian bilang optimis, kementerian lain justru ketatkan anggaran. Masyarakat jadi bingung arah kebijakan ini mau ke mana,” ujarnya.

Pentingnya Reskilling, dan Masalah Kesenjangan Sosial
Segmen tengah podcast menyoroti pentingnya upskilling dan reskilling, namun tantangan utamanya tetap pada akses pelatihan dan ketimpangan sosial. Jahen menyebut angka kemiskinan riil bisa lebih tinggi dari yang tercatat. “Jika dihitung dengan pendekatan multidimensi, kemiskinan bisa di atas 60%,” tegasnya.

Masalah Pengangguran Terdidik dan Harapan Baru
Masalah lain yang disorot adalah meningkatnya pengangguran di kalangan terdidik, yang cenderung tidak diserap sektor informal. Meski demikian, Rhenald menyelipkan optimisme dengan menyebut adanya peluang pada sektor-sektor ekonomi digital dan kreatif.

Perang Dagang dan Tata Kelola Pangan
Di penghujung episode, diskusi menyinggung perang dagang yang memperumit rantai pasok global. Jahen menyoroti proyek Giant Food Estate sebagai contoh kebijakan yang perlu dievaluasi secara menyeluruh. “Program ini besar di narasi, tapi implementasinya harus dilihat dari segi efisiensi, lingkungan, dan daya serap terhadap petani lokal. Jangan sampai ini jadi proyek mercusuar yang gagal mengentaskan krisis pangan,” tegasnya.

Pertumbuhan Melambat, Waktu untuk Berbenah
Podcast ini ditutup dengan catatan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2025 hanya mencapai 4,82 persen—melambat dari capaian triwulan pertama 2024. “Itu artinya optimisme publik dan konsumsi rumah tangga ikut terkoreksi,” ujar Jahen, seraya menekankan pentingnya membaca data secara utuh dan tidak terpaku pada narasi tunggal.

Mengungkap Tabir Kecurangan Beras Premium: Ancaman Tersembunyi di Balik Piring Nasi Kita