Bisnis Ekonomi
Home » Penerimaan Bea Keluar Diperkirakan Turun Drastis pada 2025

Penerimaan Bea Keluar Diperkirakan Turun Drastis pada 2025

Jakarta, (Cakrawala) – Direktur Penerimaan dan Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan, M. Aflah Farobi, mengungkapkan bahwa target penerimaan bea keluar pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 diperkirakan hanya mencapai Rp4,47 triliun.

Angka ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan target tahun 2024 yang sebesar Rp17,52 triliun.

Penyebab Penurunan Penerimaan Bea Keluar

Penurunan target penerimaan bea keluar disebabkan oleh penutupan ekspor konsentrat tembaga yang diberlakukan oleh pemerintah. Sebelumnya, ekspor konsentrat tembaga menyumbang sekitar Rp11 triliun dari total penerimaan bea keluar pada tahun 2024.

Dengan penurunan penerimaan dari ekspor konsentrat tembaga, DJBC kini mengandalkan sektor kelapa sawit sebagai sumber utama penerimaan bea keluar. Namun, produksi kelapa sawit pada tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai 36 juta ton, masih di bawah target pemerintah yang sebesar 39 juta ton.

Pemerintah Siapkan Paket Kebijakan Ekonomi untuk Percepat Program Pembangunan

Dampak terhadap Penerimaan Negara

Penurunan target penerimaan bea keluar ini berpotensi memengaruhi pendapatan negara secara keseluruhan. Pemerintah diharapkan dapat mencari sumber penerimaan alternatif atau meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menutupi kekurangan tersebut.

Ketergantungan pada Sektor Sawit Meningkat di Tengah Tantangan

Sektor kelapa sawit diperkirakan akan menjadi tulang punggung penerimaan bea keluar Indonesia pada 2025.

Meskipun demikian, sektor ini juga menghadapi tantangan besar. Produksi kelapa sawit Indonesia pada 2024 tercatat hanya 36 juta ton, lebih rendah dari target 39 juta ton yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dosen STIE Semarang, Pipit Sundari Raih Gelar Doktor

Hal ini menambah kesulitan dalam memastikan penerimaan yang maksimal dari ekspor produk kelapa sawit.

Tantangan Ekspor Tembaga dan Strategi Ke Depan

Kebijakan penutupan ekspor konsentrat tembaga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri melalui pengolahan bahan mentah.

Namun, dampak langsung dari kebijakan ini adalah hilangnya kontribusi signifikan dari sektor tembaga terhadap penerimaan negara.

Pada 2024, kontribusi ekspor tembaga mencapai sekitar Rp11 triliun dari total Rp20,8 triliun penerimaan bea keluar.

Ekonomi Syariah Indonesia Berpotensi Jadi Role Model Negara Muslim Dunia

Untuk mengatasi kekurangan ini, pemerintah dan DJBC harus mencari solusi jangka panjang dalam mengoptimalkan potensi sektor lain atau meningkatkan efisiensi sektor kelapa sawit.

Pemerintah juga diharapkan dapat memperkuat kebijakan yang mendorong hilirisasi industri dalam negeri untuk meningkatkan penerimaan negara.

Peluang bagi Pemerintah dan Pelaku Usaha

Di tengah penurunan penerimaan bea keluar, sektor kelapa sawit masih menjadi peluang utama untuk meningkatkan penerimaan negara.

Dengan kebijakan yang mendukung peningkatan produksi sawit dan pengolahan produk hilir, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian domestik.

Dengan berkurangnya kontribusi ekspor konsentrat tembaga, sektor kelapa sawit kini menjadi tumpuan utama penerimaan bea keluar.

Namun, tantangan terkait produksi yang masih di bawah target dan ketergantungan pada sektor ini memerlukan perhatian lebih dari pemerintah untuk memastikan keberlanjutan penerimaan negara pada tahun 2025 dan seterusnya.

Pemerintah perlu mengoptimalkan kebijakan dan mendorong hilirisasi untuk memastikan kontribusi sektor lain yang dapat menyeimbangkan ketergantungan pada satu sektor saja.

Sumber: BDS Alliance