Jakarta, Cakrawala — Sinyal positif dari meja perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, ditambah dengan data tenaga kerja AS yang menguat, menjadi kombinasi yang mendorong reli pasar saham global pekan lalu. Di tengah kekhawatiran global atas ketidakpastian suku bunga dan kebijakan tarif, investor justru menunjukkan sikap optimistis yang langka: membeli.
Selama pekan perdagangan yang berakhir Jumat (2/5), ketiga indeks utama Wall Street—Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq—kompak mencatatkan kenaikan lebih dari 3%. S&P 500 naik ke level 5.686,63, sementara Nasdaq Composite mendekati rekor tertinggi baru di 17.977,73. Dow Jones Industrial Average melonjak ke 41.317,43, didorong oleh sektor industri dan perbankan yang kembali dilirik investor.
Sentimen positif tak hanya terjadi di AS. Di kawasan Eropa, Euro Stoxx 50 naik ke 5.360-an poin, dan di Asia, Nikkei 225 Jepang mencatat kenaikan 3,2% ke 36.830,69—level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan pasar negara berkembang, yang kerap kali menjadi korban pertama dalam gejolak tarif global, ikut mencetak rebound. MSCI Emerging Markets Index mencatat penguatan 3,6%, menandakan aliran dana kembali mengarah ke aset berisiko tinggi.
Fondasi Kenaikan: Data dan Diplomasi
Apa yang membuat investor kembali optimistis? Jawabannya ada pada dua kata kunci: data ekonomi dan harapan diplomasi.
Laporan tenaga kerja AS untuk bulan April menunjukkan pertumbuhan 177.000 pekerjaan baru, sinyal bahwa ekonomi terbesar dunia belum kehilangan momentum. Meskipun data GDP kuartal pertama mengalami kontraksi 0,3%, analis melihatnya sebagai perlambatan sementara yang tak mengganggu kekuatan pasar tenaga kerja.
Di sisi diplomatik, nada keras dari AS terhadap Tiongkok mulai melunak. Sinyal bahwa kedua negara membuka jalur dialog tarif selama 90 hari memberi napas segar bagi pasar, setidaknya untuk jangka pendek.
“Kita melihat pasar tidak hanya menanggapi data, tapi juga suasana hati para pembuat kebijakan. Investor mencari arah, dan saat ini arah itu lebih tenang,” ujar Daniel Hsu, analis makro global di JP Morgan Asia.
Analisis Teknikal: Momentum Masih Berlanjut
Dari sisi teknikal, banyak indeks utama dunia telah menembus resistance jangka pendek. S&P 500 berhasil naik di atas moving average 50-hari dan sedang mendekati resistance psikologis di sekitar 5.747, berdasarkan level Fibonacci retracement. Sementara itu, Nasdaq Composite kini sangat dekat dengan rekor tertinggi sepanjang masa, dengan dukungan dari sektor teknologi seperti semikonduktor dan AI.
Dow Jones juga menunjukkan struktur bullish, bergerak mantap di atas level 40.000 dan mengincar resistance baru di 41.500–42.000. Indeks Asia seperti Nikkei 225 menunjukkan dukungan teknikal kuat berkat pelemahan yen, yang memberi keunggulan kompetitif bagi eksportir Jepang.
Di sisi pasar negara berkembang, rebound tajam terlihat pada indeks MSCI EM. Support baru terbentuk di kisaran 1.110, dengan potensi kenaikan ke level 1.150–1.160 dalam waktu dekat, terutama jika sentimen risiko global membaik.
Risiko Masih Mengintai
Namun, reli ini bukan tanpa risiko. Kekhawatiran pasar tetap tertuju pada arah kebijakan Federal Reserve, yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga dalam minggu ini. Meskipun konsensus memperkirakan tidak ada kenaikan, setiap sinyal hawkish dari Ketua Fed Jerome Powell dapat memicu volatilitas besar.
Prospek Minggu Depan: Hati-hati Optimistis
Dengan pasar yang telah naik tajam, minggu depan bisa menjadi waktu yang menentukan. Investor akan memantau rilis data inflasi, pernyataan kebijakan bank sentral, serta laporan pendapatan dari raksasa teknologi seperti Apple dan Microsoft.
Beberapa analis memperkirakan adanya “profit taking” atau aksi ambil untung dalam beberapa sesi ke depan, terutama jika pasar mulai overbought secara teknikal. Namun secara umum, tren jangka menengah masih dinilai konstruktif.
“Kalau ada koreksi pun, itu sehat. Kenaikan ini didukung oleh earnings, bukan hanya spekulasi,” jelas Elvira Mendez, kepala riset pasar global di Santander AM.
Untuk saat ini, pasar saham global tampak percaya diri meskipun awan tarif dan ketidakpastian moneter masih membayangi. Di tengah banyak variabel yang belum pasti, satu hal yang jelas: investor sedang memilih harapan ketimbang ketakutan.