Analisis Ekonomi Artikel Opini Kesehatan Opini Pilihan redaksi
Home » Mewarnai Rambut, Budaya Kuno Yang Menggila Oleh Teknologi: Konsumen Cerdas Pilih Produk Sehat

Mewarnai Rambut, Budaya Kuno Yang Menggila Oleh Teknologi: Konsumen Cerdas Pilih Produk Sehat

SEMARANG (Cakrawala) – Mewarnai rambut saat ini menjadi trend yang populer dilakukan banyak orang untuk meningkatkan penampilan.

Meski begitu, konsumen harus cerdas memilah iklan agar dapat memilih pewarna rambut yang sehat.

Sebenarnya mewarnai rambut bukanlah budaya baru. Di zaman kuno, orang-orang menggunakan berbagai bahan alami untuk mewarnai dan menghias rambut mereka.

Mewarnai rambut dikenal sejak 3000 SM – 500 M, dimana orang Mesir menggunakan henna, sebuah tanaman yang menghasilkan pewarna merah, untuk mewarnai rambut dan jenggot mereka.

Sedangkan orang Yunani dan Romawi di zaman yang sama menggunakan bahan alami seperti anggur, buah delima, dan kulit pohon untuk mewarnai rambut mereka.

Proyek Kejar Tayang Kopdes Merah Putih dan PP Era Jokowi Dibatalkan Mahkamah Agung

Mewarnai rambut berkembang ke wilayah Timur Temgah dan Persia.

Namun di Eropa, di abad petengahan (500 – 1500 M), mewarnai rambut tidak umum dilakukan, karena dianggap sebagai tanda keangkuhan dan kesombongan.

Baru di abad ke-16, mewarnai rambut mulai menjadi populer di Eropa, terutama di kalangan bangsawan dan aristokrat. Hingga abad 18, dimana Perancis aebagai pusat mode dan kecantikan juga mengembangkan trend ini.

Mewarnai rambut makin ‘menggila ‘setelah ditemukakan pewarna sintetis pada Abad ke-20 (1900 – 2000 M) sehingga mudah diaplikasikan serta murah.

Di dasawarsa.1960-1970, pengaruh budaya pop menjadikan rambut berwarna makin digemari.

Mengungkap Tabir Kecurangan Beras Premium: Ancaman Tersembunyi di Balik Piring Nasi Kita

Pada abad ke-21, teknologi pewarna rambut terus berkembang, membuat mewarnai rambut lebih mudah, lebih aman, dan lebih beragam, ini mengakibatkan trend terus meningkat.

Bahkan saat ini, trend mewarnai rambut menjadi booming, terutama akibat pengaruh media sosial, seperti Instagram dan TikTok, dimana banyak orang berbagi foto dan video tentang mewarnai rambut mereka.

Mewarnai rambut telah menjadi budaya global yang dilakukan orang hampir di seluruh benua, tak terkecuali Indonesia.

Tren mewarnai rambut di Indonesia saat ini sangat beragam dan menari, dimana dari mereka kebanyakan memiliki warna hitam pada rambut aslinya.

Beberapa tren pewarna rambut yang populer di Indonesia saat ini, antara lain Icy Blonde yaitu sangat terang dan mencolok,
Apricot Red wana merah dengan sentuhan oranye, Muted Pastel Shade rambut pastel yang lembut dan tidak terlalu mencolok, Bold Color Melt warna rambut yang berani dan mencolok, dengan teknik pewarnaan yang unik dan menarik, Rich Brunette yang coklat dan elegan.

K Fitness Perkuat Eksistensi di Semarang: Cabang Hasanudin Resmi Dibuka dengan Inovasi dan Layanan Kelas Dunia

Selain itu, ada juga beberapa tren mewarnai rambut lainnya seperti Platinum Blonde, Bronde, Smoky Lilac, dan Copper Red.

Kapitalisasi Besar

Gejala itu menarik pelaku pasar untuk mengail keuntungan, sebab perputaran uang di bisnis pewarna rambut nilainya tak main-main.

Nilai pasar global pewarna rambut saat ini lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun) dengan pertumbuhan sekitar 10% per tahun. Angka itu memicu perkiraan bahwa pasar pewarna rambut akan tembus $32,99 miliar (sekitar Rp500 triliun) pada tahun 2028.

Sementara nilai pasar pewarna rambut di Indonesia masuk dalam kategori perawatan rambut yang pada tahun 2023 diperkirakan USD 2,103 juta (sekitar Rp32 miliar) diprediksi akan meningkat menjadi USD 3,052 juta (sekitar Rp48 miliar) pada tahun 2029, dengan pertumbuhan sekitar 6,4% per tahun.

Tak heran jika perusahaan raksasa multinasional ikut bertarung di bisnis ini hingga mengarah ke pasar Indonesia.

Sebut saja Liese, merek asal Jepang milik Kao Corporation memimpin pasar di Indonesia dengan pangsa 26,86%, diikuti
L’ Oreal (Perancis) 19,74%, Garnier (Perancis) 13,68%, Revlon (Amerika Serikat) 7,95%, Mise en Scene (Korea Selatan) 6,31%, di posisi 6 dan 7 diambil perusaan lokal Indonesia, yaitu
Miranda (5,69%), dan Nyu (5,30).

Produk sehat

Besarnya nilai pasar dan ketertarikan produsen raksasa itu, memicu persaingan yang keras dengan ditandai bombardir iklan yang menawarkan berbagai keunggulan.

Melihat kondisi itu, konsumen harus cerdas untuk memilih produk sesuai yang diinginkan, tetapi tidak merusak rambut.

TIPS untuk memilih pewarna rambut yang sehat:

Bahan Alami

  1. Henna: Henna adalah pewarna rambut alami yang berasal dari tanaman Lawsonia inermis. Henna tidak hanya memberikan warna merah yang indah, tetapi juga dapat memperkuat dan melembabkan rambut.
  2. Kopi: Kopi dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang memberikan warna coklat tua.
  3. Cassia: Cassia adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang memberikan warna coklat muda.

Organik & Herbal
1.0rganik: Pewarna rambut organik adalah pewarna yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya seperti amonia, paraben, dan sulfat.

  1. Herbal: Pewarna rambut herbal adalah pewarna yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti tanaman dan rempah-rempah.

Merek Pewarna Rambut yang Sehat

  1. Wella Professionals: menawarkan berbagai pilihan pewarna rambut yang sehat dan organik.
  2. L’Oréal Professionnel: menawarkan berbagai pilihan pewarna rambut yang sehat dan organik.
  3. Redken: menawarkan berbagai pilihan pewarna rambut yang sehat dan organik.

TIPS Menggunakan Pewarna Rambut yang Sehat

  1. Lakukan tes alergi: Sebelum menggunakan pewarna rambut, lakukan tes alergi untuk memastikan bahwa Anda tidak alergi terhadap bahan-bahan yang terkandung dalam pewarna rambut.
  2. Gunakan kondisioner: Setelah menggunakan pewarna rambut, gunakan kondisioner untuk melembabkan dan melindungi rambut.
  3. Hindari menggunakan pewarna rambut terlalu sering: Menggunakan pewarna rambut terlalu sering dapat merusak rambut. (Redaksi)