Serba Serbi Uncategorized
Home » Mengintip Wisata Hutan Petungkriyono Dalam Sehari

Mengintip Wisata Hutan Petungkriyono Dalam Sehari

Oleh Maharani


MENIKMATI keindahan alam dengan murah meriah salah satunya bersama komunitas bermotor. Destinasi menarik yaitu kawasan hutan di Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan sebagai heart of java, menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Salah satunya adalah curug Bajing. Wisata ini, terletak di Desa Tlogopakis, Kecamatan Petung Kriyono, Kabupaten Pekalongan dengan ketinggian 1.300 mdpl.

Menuju kesana, lebih kurang 3 jam dari Kota Pekalongan. Dengan perjalanan darat melewati perbukitan dan jalanan yang cukup sempit dan terjal serta berkelok-kelok. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan alam yang luar biasa dan masih sangat alami.
Menurut Benny, wisatawan yang datang ke tempat tersebut bersama komunitas motornya menyatakan Curug Bajing merupakan lokasi hutan dan ekosistem yang masih terjaga ditambah lagi kearifan lokal warga yang masih kental.


“Banyak potensi wisata di wilayah Petung Kriyono selain curug Bajing. Ada curug Muncar, Pendakian ke Gunung Kendalisodo, curug Sokokembang, Curug Lawe, Puncak Trianggulasi, Kebun Stawberry, petualangan melihat Owa Jawa,” ujar Benny.


Sementara wisatawan lainnya Reynaldi, bersama rombongan Paseduluran Saklawase berangkat menuju selatan Pekalongan menuju pasar Doro dan berhenti sejenak untuk foto bersama disentra penghasil Durian. Melanjutkan perjalanan selama 2,5 jam hingga tiba di pertigaan Kecamatan Petung Kriyono. Perjalanan dilanjutkan ke arah kiri mengikuti petunjuk jalan yang sudah tersedia.

Ekonomi Syariah Indonesia Berpotensi Jadi Role Model Negara Muslim Dunia


Perjalanan mengeksplorasi Petungkriyono diawali menuju sebuah air terjun yang letaknya persis di pinggir jalan utama (berjarak sekitar sebelas kilometer dari Desa Doro). Curug Sibedug, namanya. Air terjun bercabang dua yang terletak di Desa Kayupuring itu lumayan deras. Namun, jika sudah lewat musim hujan, debit air di Curug Sibedug biasanya berkurang.
Hutan Petungkriyono dikelilingi perbukitan dan pegunungan yang memiliki ketinggian mulai dari 600 hingga lebih dari 1.600 mdpl di mana hingga sekarang Petungkriyono telah menjadi rumah bagi Owa Jawa, salah satu spesies asli Jawa yang dinyatakan hampir punah.


Memiliki karakter hutan jenis tropis dan primer yang menjadi rumah nyaman bagi Lutung hitam, Elang Jawa, Surili, serta fauna dan ragam flora yang lain. Itulah sebabnya telah disematkan gelar National Nature Heritage kepada Petungkriyono.


Tak jauh dari sana, Petungkriyono seolah mulai menebarkan pesonanya sedikit demi sedikit. Desa Tinalum yang kami lewati memperlihatkan keindahan hamparan persawahan dan sebuah aliran sungai yang cukup instagrammable. Sungai yang diberi nama Kali Anak tersebut telah dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik yang telah dialirkan ke rumah-rumah warga di sekitar sana.


Perjalanan dilanjutkan menuju Welo River atau Welo Asri, sebuah wana wisata di Desa Kayupuring yang baru dibentuk sekitar dua tahun yang lalu. Tak hanya memiliki beberapa panggung untuk foto ala-ala saja yang ditawarkan di Welo Asri.


Setelah pengunjung membayar tiket masuk sebesar Rp3.000, mereka bisa menikmati pemandangan indah dari sebuah rumah pohon yang letaknya bersebelahan dengan Kedung Gede.
Rumah pohon yang diberi nama Bulu Kangkang sebenarnya berasal dari pohon bulu berukuran besar dan tua dengan bentuk batang bagian bawahnya seperti kaki yang sedang mengangkang. Pohonnya lumayan tinggi, sehingga memerlukan nyali untuk mendaki sampai atas.

Dua Abad Wonosobo: Gelar Java Balloon Attraction 2025 


Menurut informasi dari mas penjaga, buah dari Pohon Bulu sangat disukai oleh Owa Jawa, spesies langka yang hingga kini masih hidup dan berkeliaran bebas di Hutan Petungkriyono.
Nah, di sampingnya terdapat sebuah aliran sungai yang disebut Kedung Gede. Kedung Gede merupakan titik akhir dari pengarungan river tubing yang dikelola oleh operator setempat.
Biaya river tubing di sana perorang adalah Rp75.000 dengan urutan rute pengarungan dimulai dari sungai paling atas, Kedung Sipingit, Kedung Sepasung, dan berakhir di Kedung Gede yang memiliki kolam dengan kedalaman 3,5 meter.


Fasilitas yang akan didapat oleh pengunjung adalah jaket pengaman, ban untuk pengarungan, jasa pemandu, coffee break, sertifikat, serta dokumentasi kegiatan selama melakukan river tubing.

Curug Bajing

Asal usul Curug Bajing, menurut juru kunci, Pak Lany yang sudah keturunan kelima menjadi menjaga dan merawat petilasan dan makam yang berada dipuncak bukit. Nama Curug Bajing sendiri berasal dari nama murid Sunan Kalijaga yang disuruh bertapa selama 441 hari di atas lokasi curug yang menjadi mata air utama.


“Menurut orang tua saya, murid Sunan Kalijaga yang bernama Syeh Bajing disuruh bertapa dan puasa di puncak bukit selama 441 hari. Nah, ketika mau buka puasa karena tidak ada air. Maka dia mencari-cari kayu untuk ditancapkan ditanah namun tidak keluar air. Akhirnya dia mendapatkan batang bambu petung dan ditancapkan sehingga keluarlah mata air yang sangat besar” ujarnya


Lebih lanjut Lany menyebutkan bahwa nama Petung Kriyono berasal dari tumpahan air yang digunakan untuk berbuka puasa oleh murid Sunan Kalijaga tersebut setelah tidak bisa dibendung lagi. Selain makam ditempat ini juga terdapat petilasan berupa batu yang digunakan untuk bertapa dan tempat sholat, ada juga bekas untuk mandi dan bersuci yang bernama “gamban sosrobuwono” yang sekarang masih ada dekat curug Bajing.


Konon pada malam selasa kliwon dan jumat kliwon sering di kunjungi peziarah yang datang untuk berdoa kepada Tuhan YME.
“Ya pesan saya, tetap menjaga alam yang indah ini. Jangan buang sampah sembarangan dan mari kita rawat bersama anugerah dari Tuhan” pungkasnya.


Dari Welo Asri, kendaraan yang kami naiki kembali melaju ke lokasi air terjun bernama Curug Bajing yang telah dianggap sebagai primadona dari Petungkriyono. Jaraknya sekitar 35 kilometer jika diukur dari Desa Doro, sedangkan jika ditempuh dari Kajen ya bisa lebih dari itu.


Terdengar jauh memang, namun saat melewati jalur pegunungan yang masih belum terlalu ramai kendaraan bermotor sukses menumbuhkan suasana alam yang tenang dan damai sepanjang siang.


Setibanya di Curug Bajing, berkesempatan melihat lebih dekat air terjun terbesar di antara tingkatan-tingkatan airnya. Curug Bajing sebagai daya tarik utama bagi perkembangan wisata alam di Kabupaten Pekalongan, khususnya Petungkriyono. Penamaan Curug Bajing diangkat dari folklor yang sempat berkembang di Desa Tlagapakis.


Berkisah tentang sosok penjahat yang dulu sering mengganggu masyarakat, dari situ mereka menyebutnya sebagai ‘bajingan’. Kata yang berkonotasi negatif itu justru menjadi nama sebuah bukit tempatnya bersembunyi. Disusul penemuan sebuah air terjun baru di kaki gunungnya yang kemudian juga dikenal dengan nama Curug Bajing.


Curug Bajing yang terletak di kaki Gunung Bajing itu sudah dibuka untuk umum secara resmi tahun 2013. Sebelumnya hanya warga setempat yang mengetahui keberadaannya dengan akses jalan yang masih belum tertata. Kini sudah dibangun jalan setapak yang nyaman dilalui oleh semua pengunjung, pun terdapat warung-warung yang menjual aneka makanan dan minuman.
Cukup membayar tiket masuk Rp5.000 untuk menikmati keindahan alam dan fasilitas yang telah tersedia. Murah, bukan? Air terjun di sana berundak-undak dengan gemericik aliran air yang menenangkan raga. Debit airnya juga lebih deras dibanding curug yang kami kunjungi sebelumnya, sehingga ada larangan berenang di titik tertentu.


Pengelola juga telah membangun fasilitas gazebo, rest area, mushola, toilet bersih, hingga panggung-panggung khusus untuk foto dengan latar belakang air terjun maupun pemandangan perbukitan. Ada pula penginapan atau semacam homestay yang bisa dipesan melalui salah satu pemilik warung di sana.


Curug Lawe menjadi obyek terakhir yang dikunjungi sore itu. Langit sudah mulai menggelap ketika tiba di pintu masuk Wana Wisata Curug Lawe. Dalam pengelolaannya, Wana Wisata Curug Lawe sudah mulai memberdayakan para pemuda dari karang taruna Desa Kasimpar. Mereka telah membangun panggung-panggung untuk menarik perhatian pengunjung yang gemar swafoto.


Mungkin akan jadi hal yang akan terlihat biasa bagi wisatawan yang sudah terlalu sering berkunjung ke tempat serupa. Eits, tunggu dulu. Wana wisata ini memiliki satu keunikan yang terdengar tidak biasa, yakni adanya motor trail yang bisa digunakan sebagai ojek menuju Curug Lawe.


Curug Lawe sebenarnya berjarak sekitar dua sampai lima kilometer dari pintu masuk dengan melewati jalan perbukitan yang belum beraspal mulus. Padahal mobil dan kendaraan pribadi tidak diperkenankan masuk sampai area wana wisata.


Mau tidak mau jasa ojek dibutuhkan oleh mereka yang enggan capek berjalan jauh naik turun bukit. Salah satu pemuda karang taruna di sana menyebutkan nominal Rp45.000 sebagai harga jasa angkut pergi pulang ke Curug Lawe yang memiliki beberapa tingkat grojogan.


Harga yang tidak mahal jika melihat medan dan usaha yang dilakukan oleh karang taruna setempat. Menurut informasi yang ada, Curug Lawe memiliki tingkatan-tingkatan air terjun dengan letak saling berjauhan satu sama lain. Tinggal pilih, mau jalan kaki selama lebih dari satu jam atau menyewa jasa ojek yang memakan waktu tempuh sekitar 15-20 menit untuk satu kali jalan. Semua kembali ke keinginan dan keperluan masing-masing individu.
Yuk buruan main ke Petungkriyono. (Cakrawala)

TIPS
Tips Liburan Murah Meriah
Berwisata adalah hal yang sangat menyenangkan, apalagi berwisatanya saat kelar melakukan beragam aktifitas yang membuat stress seperti kerjaan dikantor, dirumah, diladang, atau dimana saja tempat dimana setiap hari kita bekerja.


Mendengar kata liburan hmmm…. adalah impian yang harus diwujudkan. Tapi buat yang punya anggaran pas-pasan, jangan dulu mengurungkan niatmu untuk berwisata…Yok simak tips liburan murah meriah kali ini:

  1. Bawa perlengkapan secukupnya.
    Hindari membawa barang yang terlalu banyak. Bawa barang seperlunya saja, misalnya pakaian bawalah sesuai kebutuhan saja. Kalau terlalu banyak malah akan merepotkan diri kita sendiri.
  2. Lupakan membeli suvenir.
    Memang sudah menjadi kebiasaan kita, jika pergi kesuatu tempat pasti membeli souvenir untuk oleh-oleh saudara atau teman. Tapi….coba lupakan itu dan nikmati liburannya dan carilah pengalaman-pengalaman seru tanpa harus mengeluarkan banyak budget.
  3. Memilih Transportasi.
    Maksud memilih transportasi bukanlah saat  ingin pergi ke tempat tujuan wisata atau liburan, melainkan transportasi saat berada di tempat liburan tersebut. Disarankan menggunakan kendaraan umum, kalau di Singapura pakai MRT saja, jauh lebih murah. Hindari transportasi pribadi seperti taksi karena harganya lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan umum.
  4. Jangan berlibur saat Musim liburan.
    Biasanya musim liburan tarif akan lebih tinggi dari hari biasanya. Jadi untuk menghemat pengeluaran maka hindarilah liburan sekolah, long weekend, libur nasional.
  5. Penginapan
    Usahakan memilih penginapan yang tidak terlalu mahal, ingat pada tujuan berlibur, yaitu bukan untuk tidur tapi cobalah fokus untuk menikmati liburan. Hehe …ngerti kan maksudnya . Jika ada saudara atau teman di tempat tujuan wisata, bisa minta ijin numpang tidur . Kalau ga ada ya pilihlah hostel atau hotel yang low budget.
  6. Banyak Mencari Informasi
    Banyaklah searching di google tentang tempat daerah yang bisa dikunjungi, juga transportasinya. Banyaklah membaca blog-blog yang mengulas tentang daerah tujuan wisata kita. Ini akan sangat membantu kita dalam liburan.
  7. Biaya Makan
    Bawalah bekal makanan seperti mie instan, roti, cereal, pas saat lapar bisa jadi ganjel perut . Kita bisa menghemat buat sarapan atau pas perut sangat lapar. Bawalah botol minuman isi ulang. .(Cakrawala)