Oleh Edy Barlianto
SEMARANG (Cakrawala): Industri tekstil Jawa Tengah pada 2025 dikhawatirkan makin terpuruk akibat kebijakan fiskal dan ekonomi global.
Ekonom Universitas Diponegoro Profesor Nugroho SBM mengungkapkan beberapa kebijakan pajak dan penyesuaian Upah Minimum Regional (UMR) pada tahun 2025 bakal semakin membuat pabrik tekstil di Jateng makin terpuruk.
“Presiden Prabowo sudah memberikan ancar-ancar kenaikan UMR 2025 idealnya 6,5%. Ini akan makin memberatkan pabrik tekstil di Jateng,” ujarnya menjawab cakrawala.media seusai berbicara pada diskusi Outlook Ekonomi Jateng pasca Pilkada pada 11 Desember 2024.
Acara yang digelar di Lobi Kantor Gubernur Jateng itu diselenggarakan melalui kerjasama Forum Wartawan Pemprov & DPRD Jateng (FWPJT) dengan Bank Jateng, juga menghadirkan pembicara Dr. Ir. Sujarwanto Dwiatmoko Asisten Ekonomi & Pembangunan Pemprov Jateng dan Rektor Universitas Stikubank Dr. Ellen Puspitasari.
Lebih jauh Nugroho merinci, kenaikan UMR sebesar itu akan berpengaruh signifikan terhadap industri manufaktur yang bersifat padat karya.
‘Di Jateng manufaktur padat karya terbanyak adalah pabrik tekstil. Ini nanti yang perlu perhatian, terlebih di tahun 2024 ini sudah banyak yang berguguran,” paparnya.
Seperti diketahui, pada tahun ini sejumlah pabrik tekstil melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap puluhan ribu karyawan akibat tutup dan pailit.
Tekanan terhadap pabrik tekstil dinilai mengkhawatirkan karena sudah menelan korban pabrik-pabrik kategori ‘raksasa’ seperti Sritex maupun Bitratex dan lainnya.
Menurut Nugroho keputusan PHK itu sangat memprihatinkan karena akan mendorong naiknya angka pengangguran, tetapi kebijakan tersebut wajar dilakukan pabrik sebagai langkah efisiensi untuk bertahan hidup karena gaji karyawan merupakan pos biaya terbesar.
Selain UMR, kebijakan fiskal berupa PPN 12% juga bakal berdampak menekan daya beli masyarakat, terutama golongan berpenghasilan rendah.
“Melihat kondisi tersebut, saya kira kebijakan kenaikan pajak di tahun depan perlu ditunda, setidaknya dikaji lagi,” tegasnya.
Faktor global
Rektor Unisbank Ellen Puspitasar menambahkan, tekanan indutri tekstil pada tahun depan juga akan bertambah dari kebijakan ekonomi negara eksportir.
Ia mengungkapkan, Donald Trump Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih sudah menyatakan kepemimpinannya mengusung isu invest to America. Ini memberikan kemungkinan pengurangan impor dan lebih memprioritaskan investasi.
“Padahal kita tahu tujuan ekspor terbesar tekstil Jateng adalah Amerika,” katanya.
Ellen mengungkapkan, belakangan ini laju pertumbuhan ekonomi terpesat adalah jasa pendidikan dan pariwisata, serta sektor berbasis padat teknologi.
Ellen mengingatkan potensi pelambatan ekonomi pada 2025 cukup besar, mengimgat pertumbuhan pada tahun ini banyak ditopang oleh adanya kegiatan kampanye terkait Pemilu serempak.
Tantangan lain pada 2025 adalah keuangan daerah karena defisit diperketat dari 0,4% menjadi 0,2% dari PDRB.
‘Mau tidak mau peningkatan pajak & retribusi menjadi target pendapatan, karena kreasi pengelolaan aset daerah dan BUMD, terutama sektor pariwisata saja belum cukup penopang pendapatan daerah,’ jelasnya.
Nugroho maupun Ellen sependapat sejumlah indikator yang ada, terutama kebijakan ekonomi dan fiskal dibandingkan besarnya masyarakat miskin di Jateng, maka dibutuhkan kebijakan subsidi tepat sasaran agar mampu menekan kenaikan harga sehingga inflasi dapat terkendali.
Nampaknya subsidi bakal menjadi pilihan terdepan karena pertumbuhan ekonomi pada 2025 masih akan didominasi oleh konsumsi rumah tangga.
Optimis
Pada bagian lain Sujarwoto mengemukakan hingga Tahun 2024, pertumbuhan investasi di Jateng mengalami kenaikan 33,1% dibanding tahun lalu hanya 26%.
Kenaikan signifikan tersebut setelah Pemprov Jateng menggalakkan kawasan industri dan kemudahaan dalam perijinan dan lainnya.
Meski demikian menurut Sujarwanto, pihaknya juga fokus pada pengendalian inflasi di Jateng. Inflasi tinggi atau terlalu rendah juga tidak bagus.
“Tinggi rendahnya inflasi itu tidak masalah. Yang bagus itu inflasi dapat dikendalikan dan yang terpenting predictable atau bisa diprediksikan, sehingga jika terjadi inflasi tinggi kita mampu menstabilisasi,” ujar Sujarwanto.
Dijelaskan Sujarwanto, pasca Covid-19, pertumbuhan ekonomi sekitaran di angka 5%, sedikit turun dari nasional.
“Saat Covid-19 sempat terjadi pertumbuhan minusi, tapi kemudian berada sejajar dengan nasional dan Jawa Tengah selalu juga sama pada kisaran itu di 4,93 persen sementara nasional di angka 5,05 ini kondisi terakhir pada triwulan 3 pada 2024,” terangnya.
Pada Tahun 2025, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mengajak pertumbuhan ekonomi di tahun ketiga pemerintahannya bisa mencapai angka 8%
“Makanya kita berupaya keras untuk bersama-sama mewujudkan misi pemerintah pusat. Salah satunya kita galakkan kawasan industri di Jateng yang hingga saat ini memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah,” tambahnya.
Lebih jauh Sujarwanto optimis pertumbuhan ekonomi di Jateng akan positif. Kualitas pertumbuhannya akan ada sustainabilitas.
“Ke depan ekspornya lumayan sehingga bisa mendongkrak meskipun import lebih besar dan import ini yang sedang kita perhatikan,” tandasnya.
Lebih jauh Sujarwanto menegaskan keoptimisannya karena terjadinya integrasi kebijakan pemerintah pusat, provinsi hingga daerah.
“Ini adalah momentum penting untuk mengintegrasikan antara kebijakan nasional, kebijakan daerah dan kebijakan kabupaten/kota. Kemudian perlu catatan highlight adalah penguasaan teknologi dari birokratnya, kalau penguasaan teknologinya mampu memahami pada kebijakan politiknya maka Insya Allah kita akan kuat dengan sangat baik,” tandasnya lagi.(*)
Pabrik tekstil di Jateng yang melakukan PHK selama 2024
Karena tutup:
- PT S Dupantex: PHK sekitar 700 karyawan
- PT Kusumahadi Santosa, PHK sekitar 500 karyawan
- PT Kusumaputra Santosa: PHK sekitar 400 karyawan
- PT Pamor Spinning Mills: PHK sekitar 700 karyawan
- PT Sai Apparel: PHK sekitar 8.000 karyawan
- PT Sinar Panca Jaya: PHK 340
Karena efisiensi:
- PT Bitratex: PHK sekitar 400 karyawan
- PT Johartex: PHK sekitar 300 karyawan
- PT Delta Merlin 1: PHK sekitar 200 karyawan
- PT Delta Merlin 2: PHK sekitar 100 karyawan
- PT Agung Tex: PHK sekitar 50 karyawan
- PT Samwon: PHK 350 orang
*Dari berbagai sumber