JAKARTA (Cakrawala) – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Kamis 27 Maret 2025, merilis Brief Update, analisis mengenai isu terkini soal pangan, energi dan pembangunan berkelanjutan.
1. Produksi padi nasional berfluktuasi dari 2022 hingga 2025, dengan proyeksi produksi tertinggi pada awal 2025 yang mencapai 13,95 juta ton, naik 26% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan produksi pada 2023-2024 akibat El Nino mendorong importasi besar-besaran. Namun, dengan proyeksi produksi yang meningkat pada awal 2025 maka diperkirakan dapat mengurangi kebutuhan impor.
Oleh karena itu, stabilitas produksi perlu dijaga melalui mitigasi risiko iklim dan dukungan sarana produksi.
2. Fenomena deflasi yang terjadi pada Februari 2025 (-0,09% yoy) yang merupakan pertama kalinya sejak tahun 2000.
Penurunan harga beberapa komoditas pangan juga menjadi kontributor deflasi ini, memberikan ruang untuk menjaga daya beli masyarakat jelang lebaran.
Di sisi lain, penurunan harga gabah di tengah panen raya berpotensi mengurangi pendapatan petani, meskipun pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen sebesar Rp6.500/kg tanpa ketentuan rafaksi untuk melindungi harga jual petani.
3.Sepanjang awal 2025, harga komoditas energi masih melanjutkan tren penurunan akibat melemahnya permintaan global dan efek transisi energi terbarukan.
Penurunan harga minyak, batu bara, dan gas memberikan tekanan terhadap penerimaan negara dari sektor migas, berrpotensi mengganggu proyeksi pendapatan dan stabilitas fiskal.
4. Realisasi lifting minyak dan gas pada awal 2025 masih berada di bawah target yang ditetapkan dalam APBN.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor energi mengalami penurunan akibat fluktuasi harga minyak dan gas global, yang berdampak pada pencapaian target APBN 2025.
Pajak penghasilan migas juga tercatat lebih rendah dibandingkan target, menunjukkan tekanan pada pendapatan fiskal.
Sementara itu, alokasi subsidi energi terus meningkat untuk menjaga stabilitas harga BBM, LPG, dan listrik bagi masyarakat, yang semakin membebani anggaran negara di tengah tantangan penerimaan yang menurun.
5. Proyeksi terjadinya peningkatan permintaan energi (BBM dan listrik) saat musim mudik dan lebaran pada sektor bisnis, industri, dan transportasi menegaskan pentingnya kecukupan pasokan, dan keandalan infrastruktur. (Redaksi)