Jakarta, Cakrawala – Kabar duka menyelimuti keluarga jurnalis terkemuka Najwa Shihab. Ibrahim Sjarief Assegaf, suami Najwa Shihab, telah berpulang pada Selasa, 20 Mei 2025, pukul 14.29 WIB di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Jakarta.
Almarhum wafat setelah berjuang melawan stroke yang menyebabkan pendarahan otak. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga dan kerabat dekat, tetapi juga bagi komunitas hukum Indonesia dan khalayak luas yang mengenalnya sebagai sosok advokat terkemuka, intelektual hukum yang visioner, dan seorang mentor yang berdedikasi.
Berita ini bukan sekadar pengumuman kematian; ia menandai berpulangnya seorang figur yang memiliki dampak signifikan di berbagai lini, mulai dari praktik hukum korporasi hingga upaya reformasi hukum dan pendidikan di Tanah Air.
Detik-detik Terakhir dan Prosesi Duka
Usia almarhum saat berpulang adalah 54 tahun, sebagaimana dikoreksi oleh pihak keluarga, mengklarifikasi beberapa laporan awal yang menyebut usia 47 atau 48 tahun. Kabar duka ini dengan cepat menyebar dan dikonfirmasi oleh berbagai pihak, termasuk Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) dan akun resmi Narasi, platform media yang didirikan Najwa Shihab, di mana Ibrahim menjabat sebagai Komisaris Utama.
Jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka yang berlokasi di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Rangkaian tahlil untuk mendoakan almarhum telah digelar sejak malam wafatnya, terbuka bagi keluarga dan sahabat. Prosesi pemakaman dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 21 Mei 2025, pukul 10.00 WIB di Taman Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Profil dan Kiprah Sang Intelektual Hukum
Ibrahim Sjarief Assegaf lahir di Semarang pada tahun 1971. Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang hukum, meraih gelar Sarjana Hukum (LL.B.) dari Universitas Indonesia pada tahun 1997.
Dedikasinya pada ilmu hukum membawanya melanjutkan studi magister hukum (LL.M.) dari University of Melbourne, Australia, pada tahun 2009, yang difasilitasi oleh beasiswa Australian Development Scholarship.
Sebelum itu, ia juga pernah menjadi peneliti tamu di Harvard Law School pada program Studi Hukum Asia Timur antara tahun 2002 hingga 2003, sebuah pengalaman yang semakin mempertegas reputasinya sebagai ahli hukum berkaliber internasional.
Perjalanan akademisnya yang cemerlang ini menjadi fondasi kuat bagi kiprah profesionalnya yang luas.
Karier profesionalnya dimulai di Hadiputranto, Hadinoto & Partners dari tahun 1997 hingga 2000. Puncak kariernya di firma hukum adalah saat ia bergabung dengan Assegaf Hamzah & Partners (AHP) pada tahun 2009 dan diangkat menjadi partner pada tahun 2011.
Ia menjabat sebagai Managing Partner, sebuah posisi yang menegaskan perannya sebagai “pilar firma” dan sosok kunci yang membentuk AHP menjadi salah satu firma hukum terbesar di Indonesia seperti saat ini.
Ibrahim dikenal luas sebagai pengacara yang berdedikasi penuh dan teguh dalam membela kepentingan kliennya. Spesialisasinya meliputi bidang perbankan, keuangan, restrukturisasi, serta merger dan akuisisi.
Ia terlibat dalam berbagai transaksi keuangan dan proyek infrastruktur berskala besar yang memiliki dampak nasional. Salah satunya adalah memimpin penasihatan pengembang proyek Palapa Ring, sebuah inisiatif telekomunikasi terbesar di Indonesia yang melibatkan pembangunan 11.000 kilometer kabel serat optik bawah laut untuk meningkatkan akses broadband nasional.
Kontribusinya juga mencakup peran sebagai penasihat untuk Korea Export Import Bank dalam proyek PLTA Semangka dan China Export Import Bank dalam proyek PLTU Sumsel-8.
Selain itu, ia mewakili Bank Mandiri dalam rights issue terbesar di Indonesia pada tahun 2010. Atas keahlian dan kontribusinya, ia menerima berbagai penghargaan dan pengakuan dari lembaga-lembaga hukum internasional terkemuka seperti Chambers Asia Pacific, Legal500 Asia Pacific, IFLR 1000, dan Asialaw Leading Lawyers.
Namun, kiprah Ibrahim Sjarief Assegaf tidak terbatas pada praktik hukum korporasi. Ia menunjukkan komitmen kuat terhadap pengembangan dan reformasi hukum di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) hingga tahun 2003.
Peran ini menunjukkan dedikasinya pada isu-isu hukum yang lebih luas dan upaya perbaikan sistem. Ia juga berperan sebagai Direktur di Justika, sebuah platform layanan hukum daring yang inovatif, yang bertujuan mempermudah masyarakat mengakses informasi dan konsultasi hukum. Kontribusinya dalam inovasi hukum digital juga terlihat dari perannya sebagai salah satu pendiri Hukumonline, portal berita dan referensi hukum terbesar di Indonesia.
Dedikasinya pada pendidikan hukum diwujudkan melalui perannya sebagai pengajar mata kuliah hukum bisnis di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera.
Keterlibatannya dalam PSHK, Justika, Hukumonline, dan STH Jentera, di samping praktik swasta yang menuntut, menggambarkan seorang tokoh hukum yang tidak hanya unggul dalam bidangnya, tetapi juga secara aktif membentuk infrastruktur hukum dan meningkatkan akses terhadap keadilan di Indonesia.
Ini menunjukkan komitmennya terhadap perbaikan sistemik dan kepentingan publik yang melampaui lingkup praktik hukum korporasi biasa. Pengakuan atas kontribusinya dalam reformasi hukum di Indonesia datang pada tahun 2005, ketika ia dianugerahi Asia Foundation 50th Anniversary Award.
Di luar pencapaian profesionalnya yang gemilang, Ibrahim Sjarief Assegaf juga dikenal dengan kualitas pribadinya yang menonjol. Najwa Shihab mengenang suaminya sebagai sosok yang penyabar, telaten, dan penuh perhatian.
Kolega di AHP menggambarkannya sebagai “teladan dalam profesi hukum: tenang, bijaksana, dan selalu mengutamakan nilai-nilai moral,” menunjukkan integritas dan etika yang tinggi yang menjadi inspirasi bagi banyak praktisi hukum.
Ia juga dikenal sebagai pribadi yang “menavigasi isu-isu kompleks dengan anggun dan membimbing banyak orang dengan kemurahan hati dan wawasan,” menyoroti kemampuan kepemimpinan dan mentorship-nya yang luar biasa.
Pernyataan resmi AHP juga menyebutkan bahwa Ibrahim “selalu haus akan percakapan yang baik, berbagi kecintaannya pada pengetahuan, dan menantang orang-orang di sekitarnya untuk berkembang,” menggambarkan sosok intelektual yang inspiratif dan pendorong pertumbuhan bagi lingkungan sekitarnya.
Gelombang Belasungkawa dari Berbagai Penjuru
Kepergian Ibrahim Sjarief Assegaf memicu gelombang belasungkawa dari berbagai lapisan masyarakat, menunjukkan betapa luasnya jangkauan pengaruh dan rasa hormat yang ia dapatkan.
Najwa Shihab, melalui ayahnya Quraish Shihab, menunjukkan ketabahan dan kepasrahan yang mendalam atas takdir Tuhan, meskipun dilanda duka yang tak terhingga. Quraish Shihab menyatakan bahwa Najwa menerima kenyataan ini dengan “pasrah, legawa,” sebuah sikap yang mencerminkan kekuatan batin di tengah cobaan.
Quraish Shihab sendiri mengungkapkan kehilangan menantu yang sangat baik dan menyebut banyaknya pelayat yang hadir, bahkan di tengah hujan deras, sebagai indikasi amal baik dan kebaikan Ibrahim selama hidupnya.
Ibrahim dan Najwa menikah pada tahun 1997, melewati pernikahan perak mereka, dan dikaruniai seorang putra bernama Izzat Assegaf. Putri kedua mereka, Namiya, meninggal dunia tak lama setelah dilahirkan, menambah dimensi kesedihan dalam keluarga.
Keluarga besar Ibrahim Sjarief Assegaf menyampaikan permohonan doa dan maaf atas segala kesalahan almarhum, menunjukkan kerendahan hati di tengah kesedihan.
Berbagai tokoh publik turut menyampaikan duka cita, mencerminkan jaringannya yang luas dan pengaruhnya yang melampaui batas profesi hukum:
Anies Baswedan, Mantan Gubernur DKI Jakarta, merasa kaget mendengar kabar wafatnya Ibrahim. Ia mengenang Ibrahim sebagai sosok yang sangat bugar, atletis, dan memiliki hobi mendaki puncak gunung.
Anies menggambarkan Ibrahim sebagai pribadi yang cerdas, berpengetahuan luas, dan selalu berkontribusi dalam setiap aktivitasnya, membuat berita kepergiannya terasa sangat mendadak dan mengejutkan.
Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), Mantan Gubernur DKI Jakarta, juga turut menyampaikan belasungkawa langsung di rumah duka, berharap amal ibadah Ibrahim diterima di sisi Allah SWT.
Pramono Anung, Gubernur Jakarta, mengungkapkan duka mendalam dan mengenang Ibrahim sebagai pribadi yang hebat, terbuka untuk berdebat berbagai isu, terutama masalah sosial dan hukum.
Ia juga kaget mendengar sakitnya Ibrahim karena sebelumnya dikenal sangat sehat dan bahkan berencana mendaki gunung.
Armand Maulana, musisi dan vokalis grup band Gigi, menyatakan keterkejutannya atas kabar duka, mengingat Ibrahim dikenal aktif berolahraga.
Deddy Corbuzier, pembawa acara dan pemilik kanal podcast Close The Door, mengenang momen Ibrahim menemani Najwa Shihab di acara “Hitam Putih”.
Sebagai bentuk penghormatan tertinggi, Presiden Prabowo Subianto mengirimkan karangan bunga sebagai tanda belasungkawa yang mendalam.
Tokoh publik lainnya seperti Menteri Koordinator Perekonomian Zulkifli Hasan juga terlihat melayat ke rumah duka.
Rentang ucapan belasungkawa yang luas dari politisi papan atas hingga seniman dan tokoh media ini menggarisbawahi pengaruh Ibrahim yang meluas dan rasa hormat yang ia dapatkan di luar lingkup hukum.
Penghormatan juga datang dari komunitas hukum. Assegaf Hamzah & Partners (AHP), firma hukum tempat Ibrahim menjabat sebagai Managing Partner, mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan duka mendalam atas kepergian “Managing Partner tercinta” mereka.
Pernyataan tersebut mengakui kepemimpinan, integritas, dan komitmen Ibrahim yang tak tergoyahkan dalam membentuk firma menjadi seperti sekarang. Kolega di AHP menggambarkan Ibrahim sebagai teladan dalam profesi hukum yang tenang, bijaksana, dan selalu mengutamakan nilai-nilai moral.
Warisan dan Refleksi Mendalam
Kehilangan Ibrahim Sjarief Assegaf merupakan kehilangan besar dan tak tergantikan bagi komunitas hukum Indonesia. Perannya sebagai advokat terkemuka, pendiri platform hukum inovatif seperti Justika dan Hukumonline, serta pengajar di STH Indonesia Jentera, telah memberikan dampak signifikan pada perkembangan hukum dan akses keadilan di tanah air.
Kontribusinya dalam proyek-proyek infrastruktur nasional yang kompleks, seperti Palapa Ring, menunjukkan dampak konkretnya pada pembangunan dan kemajuan negara, menghubungkan jutaan masyarakat melalui infrastruktur digital.
Perannya dalam berbagai inisiatif reformasi hukum dan pendidikan hukum mencerminkan komitmen jangka panjangnya terhadap perbaikan sistem hukum di Indonesia, meninggalkan jejak yang akan terus dirasakan.
Warisan Ibrahim tidak hanya terletak pada daftar panjang pencapaian profesionalnya yang gemilang dan kasus-kasus besar yang ditanganinya, tetapi juga pada karakter pribadinya.
Ia dikenang sebagai seorang mentor yang murah hati, intelektual yang haus pengetahuan, dan individu yang menjunjung tinggi integritas.
Kepergiannya yang mendadak menjadi pengingat akan inspirasi dari dedikasi dan kontribusinya yang melampaui batas-batas profesi, menyentuh banyak aspek kehidupan publik dan pribadi.
Sebagai suami dari Najwa Shihab, seorang jurnalis yang juga dikenal kritis dan berintegritas, Ibrahim secara tidak langsung juga menjadi bagian dari narasi publik tentang pentingnya profesionalisme dan dedikasi dalam berjuang untuk kebenaran dan keadilan.
Kehidupan dan karyanya memberikan gambaran utuh tentang seorang individu yang tidak hanya sukses dalam karier, tetapi juga berdedikasi pada kemajuan masyarakat dan reformasi di bidang hukum.
Warisannya akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk mengejar keunggulan profesional sambil tetap memegang teguh nilai-nilai integritas dan kontribusi sosial.