Jakarta, (Cakrawala) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan bahwa harga referensi minyak kelapa sawit mentah (CPO) untuk Maret 2025 turun menjadi USD 954,50 per metrik ton (MT), mengalami penurunan sebesar USD 0,94 atau 0,10% dari bulan sebelumnya. Penurunan ini berpotensi mempengaruhi ekspor dan pendapatan negara dari sektor kelapa sawit.
Faktor Penurunan Harga CPO
Penurunan harga referensi CPO disebabkan oleh berbagai faktor utama. Salah satunya adalah menurunnya permintaan dari India, yang merupakan salah satu importir terbesar CPO Indonesia. Kebijakan pemerintah India yang menaikkan pajak impor CPO dari 5,5% menjadi 27,5% membuat harga CPO Indonesia kurang kompetitif di pasar negara tersebut. Akibatnya, volume ekspor ke India mengalami penurunan signifikan, yang turut berdampak pada harga global.
Selain itu, harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari juga mengalami penurunan. Tren ini memicu persaingan yang semakin ketat di pasar global, menyebabkan tekanan tambahan terhadap harga CPO. Dengan semakin murahnya alternatif minyak nabati lainnya, permintaan terhadap CPO menjadi lebih lemah, yang akhirnya berkontribusi pada penurunan harga.
Dampak terhadap Pendapatan Negara
Sebagai salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, fluktuasi harga CPO berdampak langsung pada penerimaan devisa negara dan kesejahteraan petani sawit. Dengan India yang menyerap sekitar 40% ekspor CPO Indonesia, penurunan permintaan dari negara tersebut dapat mengurangi volume ekspor dan pendapatan nasional.
Langkah Antisipatif Pemerintah
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah mengambil berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah diversifikasi pasar ekspor guna mengurangi ketergantungan pada satu negara importir. Dengan mencari pasar alternatif, diharapkan Indonesia dapat memperluas jangkauan ekspornya dan mengurangi dampak dari kebijakan negara tertentu.
Selain itu, pemerintah juga mendorong peningkatan kualitas produk melalui hilirisasi industri kelapa sawit. Dengan menambah nilai tambah pada produk turunan kelapa sawit, seperti biodiesel dan oleokimia, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar internasional.
Di sisi lain, negosiasi dagang juga menjadi fokus utama dalam strategi pemerintah. Upaya diplomasi ekonomi terus dilakukan untuk menekan hambatan tarif dan non-tarif di berbagai negara tujuan ekspor. Dengan menjalin kerja sama bilateral dan multilateral, diharapkan akses pasar bagi produk CPO Indonesia tetap terjaga.
Dengan strategi yang tepat, sektor kelapa sawit Indonesia diharapkan mampu bertahan di tengah dinamika pasar global dan terus memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Sumber: Kementerian Perdagangan, CNBC Indonesia, Bisnis.com