Bisnis Ekonomi
Home » GELOMBANG ENERGI HIJAU DARI KENDAL: PABRIK PANEL SURYA TMAI PACU TRANSISI ENERGI & EKONOMI LOKAL

GELOMBANG ENERGI HIJAU DARI KENDAL: PABRIK PANEL SURYA TMAI PACU TRANSISI ENERGI & EKONOMI LOKAL

KENDAL, CAKRAWALA — Dentuman mesin dan sorot lampu neon menyala sepanjang malam di Kawasan Industri Kendal. Di balik dinding setinggi empat meter, pabrik senilai Rp6,3 triliun itu memuntahkan ribuan panel surya setiap hari. PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), raksasa energi terbarukan asal Tiongkok, telah mengubah hamparan sawah di perbatasan Semarang ini menjadi episentrum industri hijau Nusantara.

Sejak April 2024, pabrik seluas 30 hektar ini beroperasi penuh. Data Kementerian Perindustrian mencatat kapasitas produksinya mencapai 1,5 gigawatt per tahun—cukup untuk menerangi separuh Jawa Tengah. “Akhir tahun ini, kami genjot menjadi 4,5 gigawatt,” ujar Zhang Wei, Direktur Operasional TMAI, saat kami menyusuri lorong produksi yang berhawa dingin.

Di ruang perakitan berteknologi Industri 4.0, puluhan robot lengan enam sumbu bergerak lincah memotong sel surya dengan presisi 0,1 milimeter. Teknologi mutakhir bernama i-TOPCon itu menghasilkan panel Vertex N dengan efisiensi 22,3 persen—tertinggi di Asia Tenggara, sebagaimana tercatat dalam sertifikat TÜV Rheinland.

Dampak ekonomi langsung terasa di desa-desa sekitar. Ahmad Fauzi (32), warga Desa Puguh yang hanya berjarak tiga kilometer dari pabrik, kini tak perlu lagi merantau ke Malaysia. “Saya operator produksi dengan penghasilan Rp5,2 juta sebulan,” katanya, seraya menunjukkan kartu identitas karyawan. Dinas Tenaga Kerja Kendal mencatat 720 warga Puguh dan Desa Gemuh bekerja di sini.

Ekspor pun mengalir deras. Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat nilai pengiriman panel ke Belanda, Brasil, dan Turki mencapai US$120 juta sejak September 2024. “Seratus dua puluh ribu panel kami terpasang di PLTS Terapung Cirata,” tambah Zhang Wei. Proyek strategis nasional itu disebut Kementerian ESDM mampu mengurangi emisi karbon 28.000 ton per tahun—setara menanam 1,3 juta pohon.

Proyek Kejar Tayang Kopdes Merah Putih dan PP Era Jokowi Dibatalkan Mahkamah Agung

Di balik gemerlap pencapaian, tantangan menganga. Laporan BloombergNEF yang dikutip Kementerian ESDM menyebut harga panel surya global anjlok 50 persen akibat banjir produksi Tiongkok. “Kami bertahan dengan fokus pada produk high-efficiency,” jawab manajemen TMAI ketika ditanya strategi bertahan.

Persoalan lain datang dari rantai pasok. Meski 30 persen bahan baku seperti kaca dan bingkai aluminium sudah dipasok lokal—PT Mas Polinema menjadi pemasok utamanya—sel surya masih 100 persen diimpor dari Tiongkok. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bersikeras: “Tahun 2027, sel surya harus buatan dalam negeri!”

Di atap pabrik, hamparan panel surya berkapasitas 2 megawatt memantulkan cahaya kemerahan senja. “Ini mencukupi 30 persen kebutuhan energi kami,” ujar Zhang Wei. Sebuah simbolisasi sempurna: pabrik penghasil energi bersih itu pun mengonsumsi hasil produksinya sendiri.

Profesor Djoko Santoso, Guru Besar Ekonomi Energi Universitas Indonesia, menyimpulkan: “TMAI adalah bukti Indonesia bisa bersaing di peta industri hijau global.” Namun ia mengingatkan, kedaulatan energi baru tercapai ketika rantai produksi dari hulu ke hilir sepenuhnya berdenyut di tanah air.

Sementara itu, di lantai produksi, mesin-mesin terus bergemuruh. Setiap hari, 3.842 panel baru lahir dari rahim Kendal—membawa harapan transisi energi, sekaligus menguji ketangguhan industri hijau Indonesia di pentas global.

Mengungkap Tabir Kecurangan Beras Premium: Ancaman Tersembunyi di Balik Piring Nasi Kita