Analisis Ekonomi
Home » Ekonomi Indonesia Menuju Kuartal Kedua 2025: Stabil, Namun Waspada Perlambatan

Ekonomi Indonesia Menuju Kuartal Kedua 2025: Stabil, Namun Waspada Perlambatan

Jakarta, Cakrawala — Memasuki pertengahan tahun 2025, perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda stabilitas yang kuat namun dibayangi risiko perlambatan. Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI), pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama diproyeksikan melambat, sementara sejumlah indikator makro menunjukkan ketahanan yang relatif terjaga.

Pertumbuhan PDB Cenderung Melambat
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 5,03% (year-on-year), sedikit lebih rendah dibanding capaian 5,05% pada tahun sebelumnya. Ekonom memproyeksikan pertumbuhan kuartal pertama 2025 hanya berada di kisaran 4,5–4,8% akibat tekanan konsumsi dan belanja pemerintah yang melemah. Meski demikian, struktur ekonomi tetap kokoh dengan kontribusi sektor jasa dan konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama.

Inflasi Terkendali di Tengah Fluktuasi Musiman
Inflasi pada awal 2025 sempat mengalami deflasi berturut-turut pada Januari dan Februari, masing-masing sebesar -0,76% dan -0,48% (month-to-month), sebelum kembali naik menjadi 1,65% pada Maret akibat lonjakan harga pangan menjelang Ramadan. Secara tahunan, inflasi masih rendah di angka 1,03% (yoy Maret), jauh di bawah target APBN 2025 sebesar 2,5% ± 1%. BI memperkirakan inflasi akan tetap terkendali hingga kuartal ketiga.

Tingkat Pengangguran Menurun, Tapi Kewaspadaan Tetap Diperlukan
Data terakhir menunjukkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024 sebesar 4,91%, menurun dari 5,32% pada tahun sebelumnya. Dengan belum adanya data baru untuk Februari 2025, tren ini diperkirakan berlanjut. Namun, ketidakpastian global dan potensi perlambatan investasi menuntut pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar tenaga kerja.

Surplus Dagang Konsisten dan Cadangan Devisa Kuat
Indonesia mencatat surplus perdagangan selama 57 bulan berturut-turut hingga Maret 2025, dengan surplus terakhir mencapai US$4,33 miliar. Ekspor tumbuh stabil sementara impor tetap terkendali. Di sisi lain, cadangan devisa per akhir Maret 2025 tercatat sebesar US$157,1 miliar, cukup untuk membiayai impor lebih dari enam bulan. Ini mencerminkan ketahanan eksternal yang solid.

Pemda Harus Beradaptasi Dengan Situasi Ekonomi Global

Rupiah Stabil, Intervensi BI Efektif
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS bergerak stabil pada kisaran Rp16.500–Rp16.800 sepanjang kuartal pertama. Intervensi BI melalui pasar valas dan instrumen derivatif menjaga fluktuasi tetap dalam batas wajar, meski ketegangan geopolitik dan kebijakan suku bunga global menjadi faktor risiko yang terus dipantau.

Langkah Strategis Pemerintah Diperlukan
Untuk menjaga momentum pertumbuhan, pemerintah perlu mempercepat realisasi belanja negara, memperkuat bantuan sosial, serta menggenjot investasi sektor riil dan padat karya. Di saat yang sama, stabilitas harga pangan dan nilai tukar perlu dijaga melalui sinergi kebijakan fiskal dan moneter.

Kesimpulan
Ekonomi Indonesia hingga Agustus 2025 diperkirakan tumbuh moderat di bawah 5%, dengan inflasi rendah, neraca dagang positif, dan pasar tenaga kerja stabil. Namun risiko perlambatan tetap nyata, sehingga respons kebijakan yang adaptif, cepat, dan terkoordinasi menjadi kunci untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional.