Semarang, Cakrawala – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan resmi terkait potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan melanda wilayah Jawa Tengah, termasuk Kota Semarang, mulai 20 hingga 22 Januari 2025. Intensitas hujan tinggi yang disertai angin kencang menjadi ancaman yang patut diwaspadai masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor.
Kepala BMKG Jawa Tengah, Dr. Retno Suryani, menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh adanya tekanan rendah di wilayah Samudera Hindia yang memengaruhi pola angin di kawasan tengah Indonesia. “Tekanan rendah ini membawa uap air yang cukup besar dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi. Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, genangan, dan longsor,” ungkapnya dalam konferensi pers, Minggu (19/1).
Sebagai salah satu wilayah yang menjadi perhatian utama, Kota Semarang memiliki sejumlah titik rawan banjir seperti Genuk, Kaligawe, dan sepanjang Jalan Pantura. Kepala BPBD Kota Semarang, Wahyu Setiawan, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan skenario mitigasi untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
“Kami telah menyiagakan pompa air di titik-titik strategis untuk mengantisipasi genangan, terutama di wilayah pantura. Selain itu, koordinasi dengan dinas terkait terus dilakukan untuk memastikan kesiapan logistik jika terjadi evakuasi warga,” ujar Wahyu.
Sementara itu, BMKG merekomendasikan agar masyarakat tidak hanya mengandalkan informasi cuaca harian, tetapi juga proaktif dalam mengenali risiko di lingkungan masing-masing. “Langkah pencegahan sederhana seperti membersihkan saluran air, menyiapkan tas siaga, dan menjauh dari daerah rawan longsor dapat membantu mengurangi dampak bencana,” tambah Dr. Retno.
Nila Wulandari, seorang warga Semarang yang tinggal di wilayah Genuk, menyambut baik peringatan BMKG ini. “Kami sudah terbiasa menghadapi banjir. Namun dengan informasi yang lebih akurat, kami bisa lebih siap, terutama untuk melindungi anak-anak dan orang tua kami,” ujarnya.
Pemerintah Kota Semarang juga bergerak cepat. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menginstruksikan semua perangkat daerah untuk siaga penuh selama tiga hari ke depan. Dalam keterangan resminya, Wali Kota menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menghadapi ancaman ini.
“Kami tidak hanya menunggu bencana terjadi, tetapi juga mengambil langkah proaktif untuk mencegah dampaknya. Setiap camat dan lurah telah diminta untuk memantau kondisi lingkungan mereka dan segera melaporkan perkembangan ke pusat komando,” tegas Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota.
Peringatan cuaca ekstrem ini juga menjadi pengingat nyata akan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim yang semakin berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Kepala Pusat Studi Perubahan Iklim Universitas Diponegoro, Dr. Ahmad Fauzi, menekankan perlunya pendekatan jangka panjang.
“Cuaca ekstrem seperti ini tidak lagi menjadi kejadian langka. Ini adalah bagian dari pola perubahan iklim global. Pemerintah dan masyarakat perlu bersama-sama berinvestasi dalam infrastruktur yang tahan bencana, seperti drainase modern dan tanggul yang lebih kuat,” katanya.
BMKG menekankan bahwa peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiagaan, bukan menciptakan kepanikan. Informasi cuaca terkini dapat diakses melalui aplikasi InfoBMKG atau media sosial resmi BMKG untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang akurat.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan warga, Kota Semarang diharapkan mampu menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini dengan baik. Semangat kebersamaan menjadi kunci untuk mengurangi dampak bencana dan melindungi kehidupan masyarakat.