SUBANG, CAKRAWALA – Dalam sebuah langkah yang diperkirakan akan mengubah peta industri dan logistik di Indonesia, Grup Djarum, melalui kendaraan investasinya PT Dwimuria Investama Andalan, secara resmi mengakuisisi 5,27% saham di PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) per 4 Juli 2025. Akuisisi senyap ini, yang bernilai sekitar Rp422,82 miliar, melengkapi investasi strategis yang lebih besar senilai Rp3,09 triliun yang telah dilakukan sebelumnya pada Mei 2024 oleh entitas Djarum lainnya, PT Anarawata Puspa Utama, langsung ke PT Suryacipta Swadaya, anak perusahaan kunci SSIA yang mengembangkan proyek ambisius Subang Smartpolitan.
Manuver berlapis ini menandakan komitmen mendalam Grup Djarum terhadap SSIA dan, yang lebih penting, terhadap visi Subang Smartpolitan sebagai “Kota Hijau, Cerdas, dan Berkelanjutan”. Analis pasar dengan cepat menyambut baik langkah ini, menyebutnya sebagai “magnet baru” yang akan memperkuat prospek kawasan industri tersebut.
Investasi Strategis Djarum: Lebih dari Sekadar Angka
Grup Djarum, yang dikenal sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia di bawah kendali keluarga Hartono, memiliki rekam jejak investasi yang luas di sektor-sektor strategis nasional. Portofolio mereka mencakup kepemilikan dominan di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), saham signifikan di PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) di sektor telekomunikasi, dan bahkan akuisisi saham
buyback di PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) di sektor kesehatan. Investasi di SSIA dan Subang Smartpolitan ini memperkuat jejak mereka di sektor properti dan kawasan industri, selaras dengan agenda pembangunan nasional.
Akuisisi 5,27% saham SSIA oleh Dwimuria Investama Andalan, yang dilakukan di luar bursa utama melalui PT BCA Sekuritas, menunjukkan strategi yang terhitung untuk mengakumulasi saham secara efisien. Namun, inti dari keterlibatan Djarum terletak pada investasi Rp3,09 triliun di Suryacipta Swadaya (SCS) pada Mei 2024. Melalui transaksi ini, PT Anarawata Puspa Utama akan memegang 36,5% saham di SCS, sementara SSIA tetap mempertahankan kepemilikan pengendali sebesar 63,5%.
Presiden Direktur Surya Semesta Internusa, Johannes Suriadjaja, menyambut baik kemitraan ini, menyatakan optimisme bahwa kerja sama ini akan membawa SSIA menjadi lebih besar lagi. Suntikan modal langsung ke SCS ini sangat krusial untuk mempercepat pengembangan Subang Smartpolitan, mengurangi risiko pendanaan, dan memungkinkan pembangunan infrastruktur yang lebih cepat.
Subang Smartpolitan: Jantung Koridor Industri Jawa
Subang Smartpolitan, yang membentang seluas 2.717 hektar di Subang, Jawa Barat, dirancang sebagai kota terintegrasi yang menggabungkan area industri, komersial, perumahan, pendidikan, dan hiburan. Lokasinya yang strategis adalah keunggulan utamanya, berada di jantung “Koridor Industri Jawa” dengan akses langsung ke Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di KM 89.
Yang paling signifikan adalah kedekatannya dengan dua proyek infrastruktur nasional vital: Pelabuhan Patimban dan Bandara Internasional Kertajati. Pelabuhan Patimban, yang diproyeksikan menjadi pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, mampu melayani 7,5 juta TEUs kontainer dan 600.000 unit kendaraan per tahun. Untuk memaksimalkan potensi ini, Jalan Tol Akses Patimban sepanjang 37,05 kilometer, yang menghubungkan pelabuhan ke Jalan Tol Cipali, ditargetkan selesai pada tahun 2025. Kemajuan konstruksi jalan tol ini terus menunjukkan progres signifikan di berbagai paket.
Magnet bagi Investor Global
Daya tarik Subang Smartpolitan semakin divalidasi dengan masuknya sejumlah pemimpin industri global sebagai penyewa utama:
- BYD: Raksasa kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok ini akan membangun ekosistem EV komprehensif, termasuk pabrik manufaktur, pusat penelitian dan pengembangan (R&D), serta fasilitas pelatihan di lahan seluas 108-126 hektar di Fase 2. Operasi ditargetkan dimulai pada Januari 2026.
- Xinfung Industry Indonesia: Perusahaan tekstil Tiongkok ini telah melakukan peletakan batu pertama pabrik barunya pada 30 April 2025, dengan investasi awal US$30 juta untuk 4 hektar. Produksi penuh diantisipasi pada Februari 2026.
- Sanwa Musen Indonesia: Perusahaan elektronik Jepang ini menjadi penyewa pertama yang meresmikan pabriknya pada 18 September 2024, dengan investasi US$10 juta untuk 2 hektar. Produksi massal diharapkan dimulai pada Desember 2024 atau Januari 2025.
Kehadiran perusahaan-perusahaan besar ini menciptakan efek klaster industri, menarik pemasok dan layanan terkait untuk berlokasi di dekatnya, yang akan mempercepat penyerapan lahan dan mendorong pertumbuhan industri yang terdiversifikasi di Subang Smartpolitan.
Dampak Pasar dan Prospek Cerah
Pasar telah merespons dengan antusiasme yang luar biasa terhadap keterlibatan Grup Djarum. Harga saham SSIA melonjak 87,36% sejak awal tahun, mencapai Rp2.520 per saham per 16 Juli 2025, melampaui target konsensus analis. Yasmin Soulisa, seorang analis di Ciptadana Sekuritas Asia, mengakui kemajuan signifikan dalam pengembangan infrastruktur di Subang Smartpolitan.
Investasi Djarum tidak hanya menyuntikkan modal, tetapi juga memberikan kredibilitas dan mengurangi risiko proyek, menarik investor institusional lainnya. Dengan harga lahan yang kompetitif dibandingkan dengan kawasan industri yang lebih mapan di Bekasi dan Karawang, serta dukungan infrastruktur pemerintah, Subang Smartpolitan siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
Dengan sinergi strategis antara Grup Djarum, kemajuan infrastruktur yang pesat, dan daya tarik yang terbukti bagi penyewa global, Subang Smartpolitan berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu pendorong utama industrialisasi dan logistik Indonesia di masa depan.