Bisnis Ekonomi Investments Stock Market
Home » Pasar Modal Indonesia Membara: Jumlah Investor Tembus 17 Juta, Didominasi Generasi Muda dan Pekerja Bergaji

Pasar Modal Indonesia Membara: Jumlah Investor Tembus 17 Juta, Didominasi Generasi Muda dan Pekerja Bergaji

Jakarta, Cakrawala – Pasar modal Indonesia mencetak rekor baru yang mengesankan pada awal Juli 2025, dengan jumlah investor melampaui 17 juta Single Investor Identification (SID). Pencapaian monumental ini, yang tercatat sebanyak 17.016.329 SID per 3 Juli 2025, tidak hanya melampaui target 2 juta investor baru yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun ini, tetapi juga menandai pergeseran fundamental dalam lanskap investasi nasional.  

Lonjakan partisipasi ini bukan fenomena sesaat. Sejak tahun 2020, jumlah investor pasar modal Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan pesat. Dari 3,8 juta SID pada tahun 2020, angka ini melonjak menjadi 7,4 juta pada 2021 (naik 93%), kemudian 10,3 juta pada 2022 (naik 38%), 12,1 juta pada 2023 (naik 17,9%), dan menutup tahun 2024 dengan 14,8 juta SID (naik 22,2%). Pertumbuhan yang konsisten ini menunjukkan daya tarik pasar modal yang semakin meluas di kalangan masyarakat Indonesia.  

Profil Investor yang Berubah: Dominasi Domestik dan Generasi Z

Salah satu karakteristik paling mencolok dari lonjakan ini adalah dominasi investor domestik. Per 2 Juli 2025, lebih dari 60% total basis investor pasar modal didominasi oleh pemodal lokal. Bahkan, pada Maret 2025, investor domestik menyumbang 99,67% dari total SID. Ini menandakan berkurangnya ketergantungan pasar Indonesia pada arus modal asing yang volatil, menciptakan fondasi pasar yang lebih stabil dan mandiri.  

Secara demografis, pasar modal kini didominasi oleh generasi muda. Data per Maret 2025 menunjukkan bahwa kelompok usia 30 tahun ke bawah merupakan segmen terbesar, menyumbang 54,47% dari investor individu. Lebih dari 60% investor baru di pasar modal Indonesia juga berusia di bawah 30 tahun. Hal ini mencerminkan keberhasilan akses digital dan edukasi yang menargetkan kaum muda yang melek teknologi.  

Grup Djarum Perkuat Subang Smartpolitan: Sebuah Manuver Strategis yang Mengubah Lanskap Industri Jawa Barat

Dalam hal profesi, data Mei 2025 mengungkapkan bahwa pegawai swasta, pegawai negeri sipil (PNS), dan guru secara kolektif menjadi proporsi terbesar, yaitu 33-34% dari total investor. Kelompok pemuda/pelajar juga berkontribusi signifikan (24-27%), diikuti oleh pengusaha (15-20%) dan ibu rumah tangga (5-6%). Mayoritas investor (45-47%) memiliki pendapatan bulanan antara Rp10 juta hingga Rp100 juta, sementara 38-46% berpenghasilan kurang dari Rp10 juta per bulan.  

Faktor Pendorong: Edukasi, Digitalisasi, dan Kebutuhan Ekonomi

Pertumbuhan luar biasa ini tidak lepas dari strategi proaktif Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam meningkatkan literasi keuangan. Sepanjang paruh pertama tahun 2025 saja, BEI telah menyelenggarakan 8.922 kegiatan edukasi, baik secara daring maupun luring, termasuk program Sekolah Pasar Modal (SPM) dan keberadaan hampir 1.000 Galeri Investasi BEI yang tersebar di seluruh Indonesia.  

Selain itu, kemudahan akses melalui platform digital dan aplikasi investasi telah menjadi katalisator kuat. Generasi muda, yang terbiasa dengan teknologi, semakin mudah mengakses informasi dan melakukan transaksi investasi secara daring. Maraknya konten terkait investasi di internet dan media sosial juga berperan besar dalam meningkatkan kesadaran dan minat.  

Kondisi ekonomi, termasuk dampak pandemi COVID-19, juga mendorong banyak individu untuk mencari sumber pendapatan tambahan dan peluang untuk meningkatkan kekayaan mereka. Pasar modal, dengan potensi imbal hasil yang menarik, menjadi pilihan investasi yang kian diminati.  

Pemda Harus Beradaptasi Dengan Situasi Ekonomi Global

Implikasi dan Tantangan ke Depan

Lonjakan investor ini membawa dampak positif berupa peningkatan likuiditas dan kedalaman pasar, yang membuat transaksi lebih mudah dan efisien. Namun, ada pula tantangan. Peningkatan jumlah investor ritel, terutama yang kurang berpengalaman, dapat berkontribusi pada peningkatan volatilitas pasar akibat perilaku “panic buying” dan “panic selling”.  

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI terus berupaya mengatasi tantangan ini. OJK telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 33 Tahun 2024 untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan investor , serta mengeluarkan kebijakan  

buyback saham tanpa RUPS untuk menjaga stabilitas pasar di tengah fluktuasi. Edukasi yang berkelanjutan, termasuk melalui video dan webinar, dianggap sebagai media paling efektif untuk meningkatkan pemahaman investasi.  

Meskipun sebagian besar investor terkonsentrasi di Pulau Jawa (70,39%) , potensi pertumbuhan di luar Jawa masih sangat besar, mengingat populasi Indonesia yang luas dan penetrasi pasar yang relatif rendah. Dengan sinergi, kolaborasi, dan edukasi yang konsisten, BEI optimistis pertumbuhan jumlah investor akan terus berlanjut dan semakin merata di seluruh Indonesia, menjadikan pasar modal pilar penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Pemprov Jateng Harap Internet Gratis Tingkatkan Perekonomian Masyarakat