GILIMANUK, Cakrawala – Tragedi kembali terjadi di jalur penyeberangan Selat Bali. Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu malam, 2 Juli 2025, dalam pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Insiden maut ini menyebabkan sedikitnya 4 orang tewas, 31 orang berhasil diselamatkan, dan 30 lainnya masih dalam pencarian.
Menurut laporan Basarnas dan sejumlah saksi mata, kapal tenggelam sekitar pukul 23.30 WIB, kurang dari satu jam setelah meninggalkan pelabuhan. KMP Tunu Pratama Jaya diketahui membawa 65 orang yang terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, serta mengangkut 22 kendaraan, termasuk truk dan kendaraan pribadi.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat menyatakan bahwa kapal mengalami kebocoran di ruang mesin. Sekitar pukul 00.19 WITA, aliran listrik kapal padam (blackout), disusul kemiringan kapal yang semakin parah. Dalam waktu singkat, kapal terbalik dan sebagian badan kapal tenggelam di perairan yang dikenal padat dan sibuk itu.
“Saya lompat ke laut saat kapal sudah miring dan blackout. Langsung saya arahkan orang-orang ke perahu karet,” ujar Richo Krafsanjani, salah satu anak buah kapal yang selamat, kepada media. “Banyak penumpang sudah muntah, kelelahan, bahkan ada yang minum air laut karena panik.”
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, Polair, dan nelayan lokal langsung dikerahkan. Sebanyak 9 kapal termasuk Rigid Inflatable Boat (RIB) dan 1 helikopter diturunkan ke lokasi kejadian. Namun, cuaca buruk dan gelombang laut setinggi 2 meter menghambat operasi penyelamatan awal.
Evakuasi dilakukan sepanjang malam hingga pagi hari. Sejumlah korban ditemukan terapung dengan jaket pelampung, sebagian lagi bertahan dengan berpegangan pada benda-benda yang mengapung. Empat korban tewas ditemukan di sekitar Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali.
Hingga Kamis pagi, 30 orang masih dinyatakan hilang. Basarnas memperluas wilayah pencarian, menyisir sepanjang garis pantai dan perairan antara lokasi tenggelamnya kapal dan Pelabuhan Gilimanuk. Penyelam juga dikerahkan untuk memeriksa bagian kapal yang sudah tenggelam.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Bali, Gede Darmada, menyatakan bahwa peluang menemukan korban selamat masih terbuka, meskipun waktu sangat menentukan.
“Prioritas kami adalah menemukan korban secepat mungkin. Tim penyelamat bekerja 24 jam, dan kami mendapat dukungan dari nelayan serta warga setempat,” katanya.
Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan duka mendalam atas musibah tersebut dan mendorong dilakukannya evaluasi menyeluruh terhadap tata kelola transportasi laut nasional.
“Tragedi ini harus menjadi pelajaran. Keamanan transportasi laut perlu diperketat, termasuk mitigasi terhadap kondisi cuaca ekstrem, serta kelayakan teknis kapal dan kesiapsiagaan awak,” kata Puan.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab tenggelamnya kapal, termasuk kemungkinan kelalaian teknis atau manajerial dari pihak operator.
Hingga berita ini diturunkan, proses identifikasi korban masih dilakukan di Pelabuhan Gilimanuk dan RSU Negara. Keluarga penumpang memadati posko informasi untuk mencari kabar tentang kerabat mereka yang belum diketahui nasibnya.