Jakarta, Cakrawala – Setelah berminggu-minggu menjadi simbol ketidakpastian geopolitik, bayang-bayang Donald Trump mulai surut. Anjloknya harapan pasar akan kebijakan proteksionis Trump—khususnya tarif tinggi terhadap China—memicu koreksi mendadak di harga emas.
Harga Emas Anjlok Lebih dari 1%
Pada perdagangan Selasa pagi waktu Amerika Serikat (12 Mei), spot gold tercatat turun 1,7% ke level USD 3.307,84 per troy ounce, dari puncak rekor USD 3.500,05 yang dicapai 22 April lalu . Kontrak berjangka emas AS (June 2025) menutup sesi dengan penurunan 2,5% di angka USD 3.306 per ounce.
Sesi berikutnya, Jumat (9 Mei), harga sempat rebound tipis—naik 1,1% ke USD 3.340,29—karena dolar AS melemah dan komentar Trump yang meredam spekulasi soal tarif baru terhadap China . Namun, kenaikan itu tidak cukup menahan tren penurunan sejak akhir April.
Dolar AS Menguat, Tekan Daya Tarik Emas
Penguatan indeks dolar, yang merangkak naik 0,5% pekan ini, membuat emas semakin mahal bagi pemegang mata uang lain. “Sentimen safe-haven menurun seiring meredanya risiko tarif,” ujar Zain Vawda, analis MarketPulse by OANDA, menanggapi pengumuman Trump soal kesepakatan dagang Inggris yang dianggap mengurangi tekanan terhadap dolar .
Reaksi Pasar Setelah “Kekalahan” Trump
Tanda-tanda “kekalahan strategis” Trump semakin tampak ketika Mahkamah Agung menolak gugatan untuk menunda pemberlakuan tarif baru, meredam ekspektasi eskalasi perang dagang. “Dengan meredanya ketegangan, emas seolah kehilangan alasan utama untuk naik,” kata Bob Haberkorn, senior market strategist di RJO Futures .
Investasi Emas Melambat
Data World Gold Council menunjukkan bahwa arus investasi emas di kuartal I/2025 melonjak 170%—mencapai 552 ton—karena kekhawatiran eksesif atas kebijakan Trump di awal tahun . Namun sejak puncak April, pembelian investor institusional mulai melambat, menandakan periode konsolidasi.
Apa Artinya bagi Investor?
Meski melorot tajam, harga emas masih 30% lebih tinggi dibanding November 2024, tepat setelah kemenangan Trump dalam pemilu AS sebelumnya. Para analis menyarankan agar investor tidak panik: “Emas akan mencari keseimbangan baru dalam 1–3 bulan ke depan,” kata James Steel, Kepala Analis Logam Mulia HSBC.
Di Indonesia, koreksi global tercermin pada harga emas Antam, yang turun Rp 25.000 per gram pada Rabu (13/5). “Investor ritel melakukan profit taking, sementara opsi diversifikasi lain mulai menarik minat,” ungkap Rizky Kurniawan, analis Indo Premier.