Politik Regional Serba Serbi
Home » TPA Darupono: Antara Janji Modernisasi dan Realita Krisis Lingkungan

TPA Darupono: Antara Janji Modernisasi dan Realita Krisis Lingkungan

KENDAL, Cakrawala — Lima tahun sejak diresmikan, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Darupono di Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, yang dibangun dengan anggaran Rp21 miliar dari APBN, kini menghadapi berbagai permasalahan serius. Mulai dari pencemaran lingkungan, kerusakan infrastruktur, hingga kelebihan kapasitas, TPA ini menjadi sorotan utama dalam isu pengelolaan sampah di Kendal.

Kelebihan Kapasitas dan Penutupan Sementara

Pada Februari 2025, Wakil Bupati Kendal, Benny Karnadi, meninjau langsung kondisi TPA Darupono yang sudah melebihi kapasitas. Ia menyatakan perlunya solusi modern untuk mengatasi penumpukan sampah yang menggunung. Pemerintah merencanakan pembangunan fasilitas pengolahan sampah menjadi energi terbarukan, seperti yang telah diterapkan di beberapa industri besar.

Namun, permasalahan semakin kompleks ketika pada 9 Mei 2025, TPA Darupono ditutup sementara akibat kerusakan alat berat. Penutupan ini menyebabkan antrean truk sampah dan penumpukan sampah di berbagai titik. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal, Aris Irwanto, menyatakan bahwa perbaikan alat berat sedang dilakukan, dan pengadaan alat baru direncanakan tahun ini.

Pencemaran Lingkungan yang Berkelanjutan

Sejak 2022, warga di lima desa sekitar TPA—Kertosari, Darupono, Jerukgiling, Sidomakmur, dan Kedungsuren—mengeluhkan bau busuk dan pencemaran air akibat limbah cair (lindi) yang bocor dari talut bronjong sepanjang 200 meter. DLH Kendal mengakui bahwa kondisi tanah yang labil menyebabkan kerusakan berulang pada talut tersebut.

Meskipun DLH telah melakukan penelitian pada 2023 yang menunjukkan kualitas air sungai masih baik, mereka mengakui bahwa pada musim kemarau dengan debit air rendah, potensi pencemaran meningkat.

Proyek Kejar Tayang Kopdes Merah Putih dan PP Era Jokowi Dibatalkan Mahkamah Agung

Upaya Swadaya Masyarakat

Karena lambannya respons pemerintah, warga bersama LSM Biota Foundation melakukan penanggulangan darurat dengan memasang saluran pipa untuk menampung lindi ke bak penampungan dan menaburkan kaporit untuk mengurangi bau. Namun, upaya ini belum maksimal karena sistem penampungan tidak berjalan semestinya.

Rencana Perbaikan dan Modernisasi

DLH Kendal merencanakan perbaikan drainase dan pengolahan lindi agar tidak menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu, perbaikan infrastruktur jalan menuju TPA juga direncanakan, terutama karena kondisi jalan yang mengkhawatirkan saat musim hujan.

Pemerintah juga berencana membangun fasilitas pengolahan sampah modern yang dapat mengubah sampah menjadi energi terbarukan. Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah dan menghasilkan energi sekitar 15 persen dari total kebutuhan energi industri besar.