Semarang, Cakrawala — Ribuan buruh dari berbagai serikat pekerja turun ke jalan dalam aksi memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) di Jalan Pahlawan, Semarang. Aksi yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB ini awalnya berlangsung damai, namun berakhir ricuh menjelang sore hari.
Organisasi yang terlibat dalam aksi antara lain Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), dan Serikat PRT Merdeka Semarang. Mereka menuntut kenaikan upah layak, penghapusan sistem kerja kontrak dan outsourcing, serta perbaikan kesejahteraan bagi para pekerja.
Massa aksi datang dengan mengenakan seragam biru dan membawa poster-poster tuntutan seperti “Upah Layak Adalah Hak, Bukan Pemberian.” Dalam salah satu simbol budaya “ruwatan buruh,” mereka membawa gunungan hasil bumi sebagai bentuk protes terhadap sistem pengupahan yang dinilai lebih berpihak pada investor.
Nanang Setyono selaku koordinator KSPN Jawa Tengah menegaskan bahwa sistem upah rendah harus dihapuskan dan pemerintah wajib menaikkan standar pengupahan di provinsi ini.
Aksi berjalan kondusif hingga pukul 16.30 WIB ketika sekelompok massa berpakaian hitam, diduga dari kalangan mahasiswa, mencoba menerobos gerbang kantor Gubernur Jawa Tengah. Mereka merusak pagar pembatas dan melempar batu, kayu, serta botol ke arah petugas. Polisi merespons dengan gas air mata dan menyiagakan water cannon untuk memukul mundur massa yang mulai anarkis.
Bentrokan berlangsung singkat. Aparat kemudian menyisir lokasi, mengevakuasi massa, dan menangkap sejumlah individu yang diduga sebagai provokator. Sekitar pukul 18.00 WIB, situasi berhasil dikendalikan dan kawasan Jalan Pahlawan dikosongkan.
Untuk pengamanan, sekitar 3.000 personel gabungan dari Polda dan Polrestabes Semarang disiagakan. Kabid Humas Polda Jateng Kombes Artanto menyatakan bahwa pengamanan dilakukan secara humanis dan terukur sesuai prosedur. Sebelumnya, polisi juga melakukan razia dan menemukan potongan kayu serta puluhan botol kosong di sekitar kantor gubernur yang diduga akan digunakan sebagai alat kekerasan.
Rekayasa lalu lintas dilakukan secara besar-besaran. Jalan Pahlawan dialihkan dengan sistem contra-flow sejak pagi hari untuk menghindari kemacetan. Tiga titik utama pengalihan berada di depan kantor gubernur, depan Mapolda, dan di Jalan Pemuda depan Balai Kota Semarang. Polisi juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan jalur alternatif dan mematuhi arahan petugas di lapangan.
Menanggapi tuntutan buruh, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyampaikan bahwa pemerintah daerah akan menurunkan tarif Trans Jateng menjadi Rp1.000 bagi pekerja, serta mewajibkan perusahaan menyediakan fasilitas penitipan anak (daycare) gratis. Sebelumnya, sembilan tuntutan telah diajukan oleh perwakilan serikat pekerja kepada gubernur.
Aksi ini menjadi refleksi kerasnya realitas buruh di Jawa Tengah yang menuntut perubahan nyata terhadap kebijakan ketenagakerjaan yang lebih adil dan manusiawi.